001: Detektor Kematangan Telur yang Direbus

Ada orang yang senang dengan telur rebus setengah matang. Ada yang sedang dengan telur rebus yang hampir matang. Tetapi ada juga yang suka telur yang matang sempurna. Untuk menghasilkan telur rebus yang matang tidak masalah. Cukup direbus dalam waktu yang lama maka dijamun akan matang sempurna.

Yang susah adalah merebus telur hingga setengah matang. Jika waktu kurang lama maka telur masih sangat mentah. Jika waktu rebus terlalu lama maka telur keburu matang. Permasalahan adalah kita tidak bisa melihat kondisi bagian dalam telur apakah sudah setengah matang atau belum.

Bagaiaman kalau kita menggunakan timer. Artinya, kalau mau menghasilkan terus rebus setengah matang maka lama memasak harus sekian menit. Ini sulit karena:

  1. Telur yang dimasak hari ini dan besok bisa saja berbeda sifat. Jadi, untuk mencapai setengah matang, waktu rebus bisa berbeda.
  2. Panasanya air dalam panci juga menentukan lamanya merebus telur. Bisa saja kemarin kompor memanaskan air lebih cepat dari sekarang sehingga waktu rebus juga akan berubah.

Satu-satunya cara adalah harus mengetahui langsung keadaan di dalam telur. Tetapi bagaimana caranya?

Cara inilah yang perlu dikaji. Bagaimana caranya, saat telur sedang direbus kita tahu tingkat kematangan tanpa merusak telur. Sensor apa yang harus digunakan? Ini yang bisa menjadi salah satu topik riset.

Barangkali ada siswa SMA yang ingin coba? Berikut adalah beberapa ide saja. Dan bisa saja ide tersebut salah.

Pertama: menggunakan lilitan. Telur dimasukkan ke dalam lilitan kemudian diberikan arus AC. Tegangan induksi yang dihasilkan diukur. Dugaannya adalah telur mengubah impedansi kumparan dan impedansi tersebut bergantung pada kematangan telur. Apakah dengan berlangsungnya proses pematangan tegangan tegangan induksi berubah?

Gambar 001.1 Deteksi dengan kumparan

Kedua: menggunaka dua pelat sejajar. Dua pelat sejajar ditempatkan menjempit telur. Telur menjadi bahan dielektrik dalam pelat. Proses pematangan diharapkan mengubah konstanta dielektrik sehingga mengubah kapasitansi. Ini akan mengbah tegangan antara dua pelat ketika dilakukan proses pengisian atau pengosongan muatan pelat

ambar 001.2 Deteksi menggunakan pelat sejajar

Ketiga: Deteksi pantulan ultrasonik. Ini harusnya menggunakan pemancar dan penerima ultrasonik, bukan sensor jarak menggunakan ultrasonik. Idenya, sebagian gelombang ultrasonik diserap oleh telur sehingga intensitas gelombang pantul berkurang. Apakah intensitas gelombang pantuk bergantung pada kematangan telur? Ini perlu diteliti

Gambar 001.3 Deteksi berdasarkan penyerapan ultrasonik.

Mungkin ada yang punya ide lain?

Jika merasa bermanfaat, silakan share dan like:

Leave a Reply